Kinerja Unit BTN (Dok. Ist) |
NganjukTerkini.id - Kinerja Unit Usaha Syariah (UUS) PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) terus menunjukkan pertumbuhan yang stabil.
Hal ini memunculkan harapan di masyarakat agar rencana pemisahan BTN Syariah menjadi bank independen segera dilakukan.
Harapan ini salah satunya disampaikan oleh Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), Sutan Emir Hidayat.
Ia percaya bahwa kehadiran BTN Syariah bisa menjadi pesaing yang sehat bagi PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI).
“Prinsipnya, semakin cepat terwujud bakal semakin baik mengingat potensi pasar industri keuangan syariah yang tumbuh pesat,” kata Emir, dalam keterangan resmi, Kamis (5/12).
Emir menjelaskan ada beberapa alasan mengapa spin off BTN Syariah perlu dipercepat. Pertama, dari segi regulasi, spin off sudah bisa dilakukan karena total aset BTN Syariah telah melebihi Rp 50 triliun. Bahkan, hingga kuartal III-2024, aset BTN Syariah tercatat mencapai Rp 58 triliun.
Alasan kedua, spin off diharapkan dapat memperkuat BTN dalam mendukung program pembangunan 3 juta rumah yang digagas oleh Presiden Prabowo Subianto.
Minat masyarakat terhadap KPR Syariah yang semakin tinggi juga mendukung kebutuhan ini.
Jiika BTN Syariah beroperasi sebagai Bank Umum Syariah (BUS), Emir melihat peluangnya lebih besar untuk meningkatkan fungsi perantara keuangan, termasuk mencari sumber pendanaan tambahan.
“Di sisi lain akan ada penerapan kebijakan loan to value (LTV) KPR perumahan hingga 100% atau pembeli rumah tanpa dipungut uang muka (down payment/DP), maka ini menjadikan BTN Syariah menjadi BUS sangat dibutuhkan,” terangnya.
Emir juga menambahkan bahwa spin off akan mempercepat pertumbuhan BTN sebagai perusahaan induk. Dengan spin off, BTN bisa membuka potensi nilai BTN Syariah, yang pada akhirnya akan memperbesar aset dan kinerja keuangan BTN sebagai induk.
Sebagai contoh, ia menyebutkan bahwa BSI mengalami pertumbuhan yang signifikan setelah menggabungkan BRI Syariah, BNI Syariah, dan Mandiri Syariah menjadi BUS. Hal ini memberikan dampak positif bagi induk bank tersebut.
Selain itu, Emir menilai tren pertumbuhan sektor keuangan syariah di Indonesia masih sangat menjanjikan.
Oleh karena itu, momentum ini sebaiknya dimanfaatkan dengan menjadikan BTN Syariah sebagai BUS. Hal ini juga akan mempercepat rencana pemerintah untuk memperkuat ekosistem industri halal di Indonesia.
Namun, Emir mengingatkan bahwa spin off BTN Syariah sebaiknya dilakukan dengan cara mengakuisisi unit usaha syariah dari bank lain.
Tujuannya agar BTN Syariah dapat menjadi bank besar atau masuk ke dalam kategori bank dengan kinerja berdasarkan modal inti (KBMI) 3.
“BUS BTN Syariah diharapkan tetap menjadi bank besar agar bisa bersaing dengan bank syariah lainnya,” tandasnya.
Sebagai informasi, BTN Syariah mencatatkan kenaikan laba sebesar 33,6% secara tahunan pada Kuartal III/2024.
Laba bersihnya meningkat menjadi Rp 535 miliar pada sembilan bulan pertama tahun 2024, dibandingkan dengan Rp 401 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Peningkatan laba bersih ini didukung oleh kinerja penyaluran pembiayaan BTN Syariah yang mencapai Rp 42,7 triliun, naik 19,3% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 35,7 triliun.
BTN Syariah juga mencatatkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 31,5%, dengan total DPK mencapai Rp 47,6 triliun per September 2024.
Dari segi permodalan, aset BTN Syariah tercatat sebesar Rp 57,7 triliun per Kuartal III-2024, tumbuh 19,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 48,4 triliun.