Rupiah Menguat didukung sentimen "Risk-On" yang meningkat. (Dok, Ist) |
Jakarta, NganjukTerkini.id – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS naik signifikan pada perdagangan Jumat, didukung oleh meningkatnya sentimen "risk-on" setelah hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) Amerika Serikat (AS) pada September 2024 diumumkan.
Rupiah menguat 89 poin atau 0,58 persen, menjadi Rp15.150 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp15.239 per dolar AS. Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menjelaskan bahwa penguatan rupiah ini dipicu oleh sentimen positif di pasar keuangan global setelah The Fed memangkas suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR) sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 5 persen.
The Fed juga memberikan proyeksi bahwa perekonomian AS tetap cukup solid, sehingga mengurangi kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi yang signifikan di AS.
Hal ini mendorong minat risiko (risk-on) di kalangan investor pada sesi perdagangan Asia, yang menguntungkan mata uang dan pasar negara berkembang seperti Indonesia.
Selain itu, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia mengalami penurunan 3-11 bps pada Kamis, menyusul keputusan The Fed yang lebih agresif dalam menurunkan suku bunga.
Volume perdagangan obligasi pemerintah pada hari itu tercatat mencapai Rp35,02 triliun, meningkat dari Rp20,44 triliun pada hari sebelumnya.
Kepemilikan asing atas obligasi pemerintah Indonesia juga naik sebesar Rp3,60 triliun pada Rabu, menjadikan totalnya Rp854 triliun, atau sekitar 14,55 persen dari total obligasi yang beredar.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia juga melonjak ke Rp15.100 per dolar AS pada Jumat, dari sebelumnya Rp15.287 per dolar AS, sejalan dengan penguatan rupiah di pasar spot.